Pertanyaanapa yang jawabannya saya sudah bergabung dengan komunitas pelestari penyu hijau ini selama satu tahun - 24192275 fazly79 fazly79 11.09.2019 B. Indonesia Beriklan dengan kami Ketentuan Penggunaan Kebijakan Hak Cipta Kebijakan Privasi Kebijakan Cookie KOMUNITAS Komunitas Brainly Brainly untuk Sekolah & Guru Halini dilakukan untuk melestarikan sekaligus memelihara ekosistem kehidupan penyu, yang saat ini populasinya mulai berkurang. Komunitaspeduli Penyu yang tergabung dalam Kelompok Pelestari Penyu Alun Utara Desa Pekik Nyaring Kecamatan Pondok Kelapa Kabupaten Bengkulu Tengah Provinsi Bengkulu melepas. kami tampung dengan dengan membeli Rp 8.000/butir. Kemudian telur tersebut masuk dalam tahap penetasan dalam ember besar diisi pasir yang tidak terlalu kering dan Selainitu, kami juga harus membiayai pemeliharaan selama tukik berada di tempat penampungan sementara. Kalau hitung-hitungan jelas rugi. Namun, sejak awal, kami telah bertekad untuk menyelamatkan penyu. Sehingga apapun yang terjadi harus jalan." Akhirnya, kata Munajat, Kelompok Pelestari Alam Jogosimo mempunyai jalan. XtBbZg. NNNina N01 November 2021 0303PertanyaanBUATLAH PERTANYAAN - PERTANYAAN BARDASARKAN JAWABAN BERIKUT! 1. Pertanyaan __________________ Jawaban Kami mempunyai komunitas pelestari penyu. 2. Pertanyaan ____________________ Jawaban Tempat konservasi penyu hijau. 3. Pertanyaan _____________________ Jawaban Saya sudah bergabung dengan komunitas pelestari penyu hijau ini selama satu tahun. 4. Pertanyaan ______________________ Jawaban Penyu hijau memiliki bentuk cangkang yang bersisik, tetapi tetap bertekstur halus. 5. Pertanyaan ____________________ Jawaban Telur" penyu di pantai dikumpulkan terlebih dahulu untuk ditetaskan, lalu dipelihara hingga berusia kurang lebih 3-5 bulan. 6. Sudah di isi. 7. Pertanyaan _____________________ Jawaban Konservasi penyu hijau yang kami kembangkan juga menjafi objek wisat- a bagi para wisatawan domestik maupun manca -negara. Yang jawab duluan makasih banget ya🙏🏻🙏🏻😊😊 412NNyang nomor 3 tidak usah dijawab yaMau jawaban yang terverifikasi?Tanya ke ForumBiar Robosquad lain yang jawab soal kamuRoboguru PlusDapatkan pembahasan soal ga pake lama, langsung dari Tutor!Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher di sesi Live Teaching, GRATIS! Pangandaran - Pelestarian Penyu di pantai Batuhiu, Desa Ciliang, Kecamatan Parigi, Kabupaten Pangandaran tetap berjalan meski tak ada bantuan anggaran untuk digagas pada tahun 2003 pelestarian Penyu di Batuhiu hanya dikelola kelompok relawan pecinta biota laut warga informasi masyarakat setempat, pada tahun 1980an habitat penyu di pantai Batuhiu masih terlihat bebas dan berkeliaran ditepian pesisir pantai. Pantai Batuhiu menjadi kawasan hidupnya para penyu hingga tahun 1990an. "Terakhir banyak terlihat itu renggang antara tahun 1990-2000an masih banyak terlihat," kata Ai Giwang pelestari Penyu yang kelola Yayasan Pelestarian Penyu di Batuhiu kepada DetikJabar. Sabtu 21/5/2022.Menurutnya penyu bisa hidup di pantai Batuhiu karena karakteristik lautannya banyak karang-karang, sehingga mudah untuk mencari berjalannya waktu penyu perairan pantai batuhiu mulai langka terlihat sekitar tahun 2000an. Karena adanya eksploitasi, kurang pemahaman masyarakat soal penyu, bahwa hewan tersebut dilindungi dan hampir punah."Jadi dulu itu banyak penyu yang diburu dan kemudian dijual dagingnya sampai dikonsumsi. Bahkan dijual-belikan," kata mengatakan, dahulu almarhum ayahnya yang merintis adanya kelompok pelestari biota laut. "Bapak waktu itu berpikir, bahwa apabila penyu tidak dilestarikan dengan baik, maka akan cepat hilang," menjalani pelestariannya sebagai relawan, keluarga Giwang merawat Penyu dengan penuh keikhlasan."Pengelola penyu dikelolah keluarga saya dengan tujuan ingin membangunkan kesadaran masyarakat akan kelestsrian penyu sebagai hewan langka dan dilindungi," Giwang, Penyu merupakan hewan liar langka yang seumuran dengan hewan purba. Bahkan disebut sebagai angkatan dinosaurus yang masih ada hingga saat tahun 2003 keluarga Giwang dan masyarakat pantai Batuhiu yang peduli akan penyu membentuk sebuah pelestarian biota laut khusus Penyu. Namun hanya berjalan selama 3 tahun, karena tahun 2006, lokasi pelestarian penyu dihantam ombak Giwang kembali mengelola pelestarian penyu pada tahun 2008 setelah mendapatkan bantuan tsunami berupa bangunan."Saat ini pelestarian penyu sudah berbentuk yayasan dengan nama Yayasan Raksa Bintana. Untuk pengelolaanya masih bersifat relawan," Penyu di pantai Batuhiu Foto Aldi Nur FadillahUntuk menyambung kehidupah pelestarian penyu, Giwang mengandalkan dari kunjunyan wisatawan dan para peneliti yang datang. "Kami tidak tarif retribusi, seiklasnya. Karena memang sudah diniatkan untuk melestarikan saja," Pelestarian penyu di pantai Batuhiu tidak ada mengawinkan penyu. Tetapi setiap musim telur, menunggu induk penyu yang bertelur di pesisir pantai."Kami hanya menetaskan telur saja, agar tidak semua dimakan predator, kami siapkan penangkaran penyu sampai menetas. Proses peneluran penyu selama 52 hari sampai 60 hari, setelah menetas baru kami urus sampai layak untuk dilepaskan," 2 jenis penyu yang tersisa saat ini di penangkaran diantaranya penyu hijau dan penyu sisik. "Harusnya ada 5 jenis. Cuman karena sebagian di lepaskan ke laut. Karena pelestari jangan banyak banyak memelihara," memberi makan para penyu, Giwang menyediakan ikan segar yang dibeli setiap dua kali sekali. "Karena makannya setiap hari harus jangan kelewat," mengatakan selama pandemi pada 3 tahun terakhir ini sama sekali lenglang tidak ada kunjungan. "Kami pakai uang pribadi untuk memberi makan mereka, karena ini janji almarhum papah untuk rawat penyu jangan sampai terputus," saat ini Giwang bekerja sebagai seorang advokat. "Mengelola penyu ini soal kepuasaan dan kelestarian turun temurun dari keluarga. Mau ada ataupun gak ada pengunjung kita tetap berjalan," ucapnya. Simak Video "Lantunan Al Fatihah dari Wanita ODGJ di Majalengka" [GambasVideo 20detik] tey/tya Kami-sama no lutoori or Say yes to my God What The God Says, Absolute God is a manga concerning Hinata learning more about his guardian, Midori and their lives together. Synopsis[] Ever since his mother passed away, Hinata has been taken care of by Midori, who is as strict as he is caring. Midori's smart, and tall, and handsome. He also doesn't have a shadow or a reflection in the mirror. Wait… What? Hinata's a scaredy-cat, and thinks Midori might be a ghost. But he is in fact a…? Characters[] Hinata[] Considering that he will definitely be in trouble for arriving home whilst it is dark, Hinata was too scared to even ring the doorbell. He is an hour over his curfew of six, but Hinata is not too sure about the curfew idea since he is a university student. Saying it is weird to be dropped off at this age when Midori offers to drive him, Hinata states he would like to get his driver's licence. Scared at ghost stories and then saying they do not scare him at all, Hinata's non fear of ghosts has been around since childhood when he ran to Midori to save him from a ghost on his back, which was a platic bag. He thinks of Midori as someone who has been taking care of him since he was very young ever since his mother passed away, which left him without family. Considering Midori's face and green eyes are beautiful, Hinata is uncertain of what type of relationship they have, only sure that he is scared one day Midori will leave. Although he drops his toothbrush in shock at noticing something about Midori, Hinata is sure he is not a ghost since he has legs and puts it down to his imagination. Hinata shows anger at not having his questions answered and secludes himself on a bench to gather his thoughts. He feels he relies on Midori when it is convenient, but refuses him during uncertain times. Despite that, Hinata is certain that Midori will never do anything to hurt him. Hinata shows good intuition in specific circumstances, such as correctly guessing two people were thieves, he is also curious to seek his own answers. Midori[] Waiting to slide the door open when Hinata arrives late, he sarcastically remarked that Hinata's caculation skills amazed him considering the time. Crossing his fingers, Midori replies it is impossible for Hinata to get a driver's licence since he can picture him forgetting to hit the breaks and falling off a cliff. Considering matters pensively he says sorry for being harsh to Hinata before attempting to scare him with ghost stories. Midori is described as smart by Hinata who wonders if there is anything he does not know, and also warm when he touches him. However Midori does not leave a reflection in the mirror, neither does he have a shadow. To partially alleviate Hinata's further questions at seeing a large crow, Midori reveals that he is a god, specifically a yatagarasu. He monitors Hinata when he leaves the house, and intervenes to kick a thief who was accosting Hinata. Returning to his whimsical way of speaking, Midori states that he does not mean any harm, but considering the situation he must thank his own blessed physique. His eyes become vertical slits as he calmly threatens the other theif who grabs him, but Midori is not concerned at being called a monster. He takes Hinata's hand and walks him home. The Fox God[] Banging on the door and asking about a big crow living there, the fox god partially as a human questions Midori on whether it is him who vandalized his shrine. Having it pointed out that his ears and tail are showing, he replies that Midori was butt naked in the garden mere moments ago. Regarding Hinata, the Fox God thought he was just a human but can see that Hinata has the blood of the crows in him before asking if he is Midori's wife. Story Introduction[] Hinata returns far from the university faculty to home on top of a hill, and finds Midori answering the door. Usually sticking to the curfew, Hinata was late since he brought back cake as Midori remembers today is his birthday. Then Midori leans in to whisper that if Hinata is late he might see a ghost. Twilight is called the hour of disasters during which wicked creatures appear who might try and scare Hinata, to which Midori illustrates his point by making Hinata jump. Bathing and then preparing for bed, Hinata is spooked by creaking floorboards so sets up his futon next to Midori's. After falling asleep, Midori kisses him on the lips. In the morning, Midori requests he pick up some items after class. Hinata has a facial expression of abject horror when he realizes that Midori did not have a reflection in the mirror. Arriving back, Hinata hugs Midori but still has ghosts on his mind. Although he does not want to be on his own, Hinata also does not want Midori to have regrets so acquires a rosary and some incense to set him free. Say yes to my God Images[] Hinata notices that Midori does not have a reflectionHinata wondering if he is unreliableMidori asks if Hinata had all his questions answered Notes[] Midori says he is a Yatagarasu, which in East Asian mythologies is a tripedal crow believed to inhabit and represent the sun. It is also a symbol of guidance in Japanese culture. Wiki Link[] An overview article on the entire series, create the Say yes to my God Wiki for total coverage details! Bengkulu ANTARA - Nama Kelompok Pelestari Penyu Alun Utara di Desa Pekik Nyaring Kabupaten Bengkulu Utara, sudah cukup dikenal. Berdiri sejak tahun 2016, peletarian penyu berbasis keluarga ini juga melibatkan para pemuda untuk mencintai laut sebagai masa depan bangsa. Ketua Kelompok Penyu Alun Utara Zulkarnedi menuturkan, dari 15 anggota kelompok yang berdiri secara swadaya itu, tujuh orang di antaranya adalah pemuda berusia 17-30 tahun. Ada yang masih duduk di bangku SMK, ada juga yang sudah bekerja sebagai nelayan. Ketua pemuda di Alun Utara adalah Trio Irawan yang merupakan putra Zulkarnedi. Anggota yang lainnya ada Tomi Juliansyah, Nopriansyah, Andre, Otoy, Nasrul alias Inas dan Deri. Mereka tinggal di kawasan Pekik Nyaring. “Para pemuda ini yang menjadi andalan kami untuk mengelola penangkaran penyu Alun Utara. Membersihkan bak, menambah pasir dan mengangkut air laut, juga mendampingi pengunjung yang ingin ikut serta melepasliarkan tukik ke laut,” ujar pria yang kerap disapa Zul itu. Tujuh pemuda di Kelompok Pelestari Penyu Alun Utara juga melakukan patroli malam untuk menemukan sarang-sarang penyu. Mereka biasa menyisiri pantai dari kawasan Sungai Hitam yang tepat berbatasan dengan Kota Bengkulu, hingga ke arah Pantai Sungai Suci dengan radius 3-5 kilometer. Patroli untuk menemukan sarang penyu dilakukan berjalan kaki. Menurut Zul, kurun lima tahun berdiri keberadaan Alun Utara sudah memberikan kontribusi bagi pemuda. Salah satunya dengan menjadi salah satu lokasi penelitian penyu bagi mahasiswa Ilmu Kelautan dari beberapa perguruan tinggi di Bengkulu. Mahasiswa dan kelompok pelestari penyu mempelajari bagaimana proses mengerami telur penyu, merawat tukik, memberi makan, hingga melepasliarkan ke laut. Ilmu yang dimiliki Zul untuk menetaskan telur penyu diakuinya otodidak, dengan mempelajari dari sang kakek. Pengetahuannya bertambah setelah difasilitasi Dinas Kelautan dan Perikanan DKP Provinsi untuk ikut pelatihan. Begitu pula dengan Loka Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut PSPL Kementerian Kelautan dan Perikanan KKP yang mengajaknya ke Pantai Pangumbahan. Tepatnya di Konservasi Penyu Ujung Genteng, Zul belajar bagaimana mengelola kawasan konservasi penyu. Selain itu, Alun Utara juga menjadi lokasi pelepasliaran penyu dalam acara atau kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pemuda-pemudi Kabupaten Bengkulu Tengah. “Kalangan milenial diberdayakan untuk mempromosikan penangkaran penyu yang juga menjadi tempat wisata edukasi melalui media sosial,” kata Zulkarnedi. Sejak berdiri sampai sekarang, Zul memperkirakan sudah ada lebih dari tukik yang berhasil dientaskan. Sejak menjadi kelompok pelestari penyu binaan DKP Provinsi pada tahun 2018, ia mulai melakukan pendataan dan melapor secara berkala. Tercatat, dalam kurun waktu 2018-September 2020, ada telur berhasil menetas dari telur yang diperoleh Zul dari patrol sarang dan tebus telur. Kelompok Alun Utara juga menampung telur untuk menyelamatkan penyu dari kepunahan. Karena statusnya yang merupakan binaan DKP Provinsi, Zul yang memulai konservasi dengan merogoh kocek pribadi, kini mendapat subsidi tebus telur yang didanai APBD Provinsi. Ketua Kelompok Pelestari Penyu Alun Utara, Zulkarnedi memindahkan tukik-tukik ke tempat penampungan sementara. KOMI KENDY/aa. Terdampak pandemi Penangkaran penyu Alun Utara sudah memiliki bangunan permanen bantuan Loka PSPL KKP dan dana CSR dari sebuah perusahaan otomotif. Di awal tahun 2020, Zul optimistis penangkaran Alun Utara menjadi kawasan ekowisata yang bisa menarik pengunjung. Sayangnya, pandemi COVID-19 pun datang. Kunjungan dari berbagai kalangan masyarakat maupun instansi menjadi terbatas, bahkan sempat terhenti. Seiring dengan pemberlakukan tatanan kehidupan baru, penangkaran penyu kembali dibuka untuk pengunjung walau belum bisa normal 100 persen. Dampak lain pandemi yang dirasakan oleh penangkaran Alun Utara adalah dibatasinya bantuan tebus telur dari DKP Provinsi. Meski bantuan tebus telur penyu tidak dicoret sepenuhnya akibat refocusing, namun anggarannya jadi berkurang. “Kalau tidak ada dana subsidi telur dari DKP, kami swadaya pakai dana pribadi. Hasil melaut dan jualan ikan di pasar kami sisihkan untuk menebus telur. Lalu ada juga donasi yang disumbangkan oleh pengunjung,” kata pria lulusan STM yang sejak kecil sudah ikut melaut bersama orangtuanya. Sebutir telur penyu bisa dijual hingga Rp Namun dia biasa membeli borongan Rp per butir telur. Zul bisa membeli dengan harga lebih murah karena penemu telur kini enggan menjual secara terang-terangan di pinggir jalan. Kondisi ini lebih baik dibandingkan lima tahun sebelumnya. Sepanjang jalan di Pekik Nyaring, ada banyak pedagang berjajar menjajakan telur penyu di pinggir jalan lintas barat yang menghubungkan Kota Bengkulu dengan Kabupaten Bengkulu Tengah dan Bengkulu Utara. Sekarang, ujar Zul, sudah tidak ada lagi yang berani menjual di pinggir jalan, dan semakin banyak yang mengantarkan telur ke penangkaran penyu Alun Utara supaya bisa menetas. Basri 56 tahun, nelayan Desa Pekik Nyaring mendukung adanya penangkaran penyu di lingkungan tempat tinggalnya. Kawasan yang dulunya hanya diwarnai aktivitas nelayan turun ke laut dan mendarat, kini mulai banyak didatangi pengunjung. Sang nelayan mengemukakan, bila ada kegiatan kegiatan melepas penyu dari sejumlah instansi, maka warga diajak untuk membantu. Terdapat pula warga yang berjualan jajanan ringan di sela-sela kegiatan tersebut. Selain itu, di Desa Pekik Nyaring, keberadaan pusat penangkaran penyu sekarang sudah dilengkapi aula bantuan pemerintah dan swasta, yang bermanfaat untuk kegiatan seperti pertemuan warga dan Posyandu. Manfaat lainnya dari pelestari penyu Alun Utara, lanjut Basri, adalah sosialisasi terkait dilarangnya jual beli telur penyu sehingga saat melaut nelayan mendapat penyu, mereka sudah punya kesadaran melepas penyu ke laut. “Di sini sudah tidak ada lagi yang menangkap penyu,” tegas Basri. Tidak semua nelayan sudah memahami dan merasakan peran penyu di lautan. Berbeda dengan Basri yang sudah mengetahui manfaat melestarikan penyu, Buyung Sabri, nelayan pantai Pasar Pedati Kabupaten Bengkulu Tengah mengungkapkan dirinya tidak merasakan dampak langsung aktivitas pelestarian. Buyung juga berpendapat bahwa potensi mendapatkan ikan atau tidak bagi seorang nelayan, biasanya lebih tergantung kepada musimnya. Basri 56 tahun, nelayan Desa Pekik Nyaring ini sudah merasakan dampak dan manfaat adanya pelestarian penyu di sekitar tempat tinggalnya. KOMI KENDY/aa. Peran pemda Bagaimana halnya dengan peran Pemda dalam pelestarian penyu? Kepala DKP Kota Bengkulu Syafriandi mengakui pihaknya belum memiliki program dan anggaran khusus untuk pelestarian penyu. Terutama sejak pandemi COVID-19 melanda, kegiatan dan pelaksanaan anggaran dibatasi oleh refocusing. Meski begitu, Syafriandi mengatakan, kolaborasi dan sinergi antara DKP Kota dengan pelestari penyu masih berlangsung dengan baik. “Biasanya kami bersinergi dalam kegiatan aksi bersih dan penghijauan, membentuk Tim Laut untuk memonitoring kawasan terumbu karang. Sementara itu dulu kegiatan yang kami lakukan,” kata Syafriandi. Pelestarian penyu juga mendapat dukungan Dinas Kelautan dan Perikanan DKP Provinsi. Kepala DKP Provinsi Bengkulu Sri Hartati menyatakan, setidaknya ada lima kelompok pelestari penyu berada dalam binaan DKP Provinsi. Tiga di antaranya sudah mendapat Surat Keputusan SK dari DKP terkait aktivitas pelestarian penyu, yakni kelompok Scube Kaur, Retak Ilir di Ipuh Kabupaten Mukomuko dan Pelestari Penyu Alun Utara. Dua kelompok lainnya Komunitas Pencinta Alam Konservasi Penyu Mukomuko KPAKPM di Batu Kumbang Kabupaten Mukomuko dan Kelompok Masyarakat Pengawas Pokmaswas Pondok Besi, sedang dalam proses. “Bedanya, jika sudah di-SK-kan, sudah bisa menerima bantuan dari DKP,” kata Sri Hartati. Beragam bantuan yang diberikan DKP Provinsi seperti memberikan pengetahuan tambahan untuk pelestari penyu, memberikan subsidi biaya ganti telur penyu, memberikan bantuan sepeda motor operasional di penangkaran, alat GPS, motor operasional roda tiga untuk mengangkut pasir dan air laut, serta teropong malam untuk patroli. * Komi Kendy adalah salah satu pemenang Journalist FELLOWSEA Kerja sama Lembaga Pendidikan ANTARA-Yayasan ECONUSA untuk isu lautEditor Royke Sinaga COPYRIGHT © ANTARA 2020 Penyu abu-abu/penyu lekang berusia satu tahun di Konservasi Pantai Pelangi Saya belum pernah melihat penyu sebesar ini. Saya belum pernah melihat penyu sebanyak ini. Saya belum pernah bersama tim sekompak ini. Pagi-pagi, di bawah pohon cemara udang dan beberapa pandan laut lah awal mula cerita konservasi ini. Datang bersama Kompasianer Jogja serta rekan-rekan tim menyusuri pinggir Pantai Pelangi. Di pantai yang letaknya sederet dengan Pantai Parangtritis ini, tak sekedar melakukan penyusuran dan foto-foto. Targetnya adalah melakukan penanaman pandan laut dan bersih pantai. Briefing sebelum tanam pandan laut doc. Mbak Vika ialah komunitas pelestari penyu di Pantai Pelangi Yogyakarta. rutin menyelenggarakan program tanam pandan laut dan bersih pantai saban bulannya. Hal tersebut digalakan tentunya masih ada kaitanya dengan pelestarian penyu. Yakni dengan menanam pandan laut, dengan merawat lingkungan yang menjadi habitat tempat bertelur penyu, akan membuat penyu berkembang biak dengan nyaman. Penyu mempunyai peran penting untuk menjaga keseimbangan ekosistem laut. Peran itu diantaranya memakan berbagai spons, selanjutnya mampu mengatur komposisi spesies dan distribusi spons dari terumbu karang. Jumlah spons yang mendominasi terumbu karang bisa merubah struktur ekosistem. Peserta tanam pandan laut melihat penyu hasil penetasan Bisa menjadi seperti itu karena spon terlapisi zat kimia yang menghalangi ikan dan sebagian besar mamalia air untuk memakannya. Penyu sisik menjaga fungsi terumbu karang supaya berkoloni, bertumbuh dan lebih produktif berkembang. Penyu sisik merobek spon ketika berenang melewati celah spon dan terumbu karang. Spons yang terobek akan terbuka dan nutrisi di dalam spons dapat menjadi makanan untuk spesies ikan dan binatang laut lainnya. Tak hanya penyu sisik, ada pula penyu lekang di tempat konservasi ini. Yang menakjubkan, penyu Belimbing di tahun 2021 juga pernah mendarat disini, bahkan hingga empat kali menurut Penuturan Daru, salah seorang volunteer 4K. Meski telur penyu ini belum berhasil menetas namun setidaknya tempat ini berpotensi menjadi rumah, tempat pulang penyu tersebut di masa mendatang. penyu lekang di konservasi pantai pelangi Menyinggung tidak menetasnya telur penyu tersebut. Ada kemungkinan telur-telur tidak terbuahi oleh pejantan. Penyu jantan menetas saat suhu pada sarang tidak terlalu panas. Adanya pandan laut akan menurunkan suhu. Anak penyu/tukik yang menetas komplit jantan dan betina akan menghindarkan penyu dari kepunahan. Sekilas fakta tentang Penyu Belimbing yang mendarat di Pantai pelangi. Penyu belimbing merupakan sejenis penyu raksasa dan satu-satunya jenis dari suku Dermochelyidae yang masih hidup. Penyu yang satu ini merupakan penyu yang mampu tumbuh dengan sangat besar, hingga masuk dalam penyu terbesar di dunia sekaligus merupakan reptile keempat terbesar di dunia setelah tiga jenis buaya raksasa. Sebelum pulang, bersama tim 4k, kompasianerjogja, UGM, atmajaya dan mahasiswa lainnya doc. Mbak Vika Matahari mulai terik. Peserta kembali ke tempat semula untuk makan siang seusai melakukan penanaman pandan laut dan bersih pantai. Makan siang selesai. Kegiatan dilanjut mencuci dan memotong sampah plastic yang akan didaur ulang. Sampah yang bisa didaur ulang, bisa dikendalikan akan membuat kehidupan di alam menjadi lebih baik. Sebelum menutup cerita ini. Dulu saat menonton film finding nemo, dalam hati saya bertanya-tanya. Masih bisakah generasi mendatang melihat penyu secara langsung. Saya lega setelah melihat puluhan pemuda lintas kampus berkegiatan disini. Bagaimana dengan kamu? tertantang ambil bagian dan siap bergabung menjadi volunteer konservasi penyu? SUMBER

kami mempunyai komunitas pelestari penyu