Mengutip Tafsir Ibnu Katsir, turunnya Surat Al-Alaq ayat 1-5 dinukil dari riwayat Aisyah. Aisyah mengatakan: "Wahyu yang pertama kali diturunkan kepada Rasulullah SAW adalah mimpi yang benar melalui tidur. Di mana beliau tidak bermimpi melainkan datang sesuatu seperti falaq Subuh. Setelah itu, beliau menjadi lebih senang mengasingkan diri.
Melansirdari laman belakang turunnya surat Ali Imran ayat 159 berkaitan dengan perang Uhud yang terjadi pada tahun 3 Hijriah Dan sifat lemah lembut tersebut merupakan rahmat Allah. Surat Al-Alaq 1-5: Bacaan, Arti, Sejarah dan Kandungannya; Bacaan Surat Al fatihah: Arab, Latin, Arti, Keutamaan dan Asbabun Nuzul
Makalan Nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam Surat Al-Alaq ayat 1 - 5 dengan metode Study Pustaka by ayahpenggalangputra.
Surah al-‘Alaq adalah surah yang ke 96, yaitu setelah surah at-Tiin dan sebelum surah al Qadr yang di dalamnya terdapat wahyu yang pertama kali turun yaitu ayat 1-5. Ayat ini turun bertepatan dengan malam 17 Ramadhan. Oleh karena itu kita peringati sebagai Nuzulul Qur’an.Semua ayatnya turun di Makkah maka disebut surah Makkiyyah. Dinamakan
Kepentingan menutut ilmu terdapat banyak sekali ayat – ayat Al-Qur’an dan sunah yang memperkatakan tentang ilmu dan ulama serta hal – hal yang berkaitan dengannya . Ayat pertama yang diturunkan poleh Allah SWT dalam surah Al-Alaq ayat 1 sampai y yang bermaksud, “bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan sekalian makhluk.
E2VB. Surah Al-Alaq Segumpal Darah yaitu surah ke- dalam al-Qur’an. Surah ini terdiri atas 19 ayat dan termasuk golongan surah-surah Makkiyah. Ayat 1 hingga dengan five dari surah ini yaitu ayat-ayat Al-Quran yang pertama kali diturunkan, yaitu di waktu Nabi Muhammad bertafakur di gua Hira. Surah ini dinamai Al Alaq segumpal darah, diambil dari perkataan Alaq yang terdapat pada ayat 2 surat ini. Surat ini dinamai juga dengan Iqra’ atau Al Qalam. Bacaan Surat Al-Alaq ayat 1-five. اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ one. Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang Menciptakan, خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ 2. Dia Telah membuat insan dari segumpal darah. اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ three. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ 4. Yang mengajar manusia dengan perantaran kalam, عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ 5. Dia mengajar kepada insan apa yang tidak diketahuinya. b. Asbabun Nuzul. Pada awal kerasulan Muhammad , dia berkhalwat meningalkan keramaian di Goa Hira. Setelah beberapa hari dia mendapatkan wahyu yang pertama Surat Al Alaq 1-5. Dalam keadaan kedingingan, dia menemui Khadijah dan menceritakan yang telah terjadi. Waraqah bin Naufal yaitu pendeta yang menjelaskan bahwa itu yaitu insiden kenabian, sebagaimana terjadi pada nabi-nabi sebelumnya. c. Kandungan Surat Al-Alaq ayat 1-v. Surat Al-Alaq 1-5 merupakan wahyu pertama yang diterima Nabi Muhammad Saw. Inilah wahyu pertama yang diturunkan oleh Allah Swt kepada Nabi Muhammad Saw, yang dalam kajian Ibnu Katsir dikatakan sebagai rahmat dan nikmat pertama yang dianugerahkan Allah Swt kepada para hamba-Nya Lihat Tafsir Ibnu Katsir Five/236. Dan inilah pula yang menandai penobatan dia sebagai Rasulullah, utusan Allah Swt , kepada seluruh umat manusia. Wahyu inilah yang menjadi tonggak perubahan peradaban dunia. Dengan turunnya ayat tersebut maka berubahlah garis sejarah umat manusia. Berubah dari kehidupan jahiliyah nan gelap dalam semua aspek, termasuk di dalamnya kegelapan ilmu pengetahuian, menjadi terang benderang. Sejak ketika itu, penduduk bumi hidup dalam keharibaan dan pemeliharaan Allah Swt secara langsung. Mereka hidup dengan terus memantau pemikiran Allah Swt yang mengatur semua urusan mereka, besar maupun kecil. Dan perubahan-perubahan itu ternyata diawali dengan “Iqra” bacalah. Perintah membaca di sini tentu harus dimaknai bukan sebatas membaca lembaran-lembaran buku, melainkan juga membaca buku’ dunia. Seperti membaca gejala kebesaran Allah Swt. Membaca diri kita, alam semesta dan lain-lain. Berarti ayat tersebut memerintahkan kita untuk berguru dari mencari ilmu pengetahuan serta menjauhkan diri kita dari kebodohan. Namun membaca yang bisa membawa kepada perubahan positif bagi kehidupan insan bukanlah sembarang membaca, melainkan membaca dengan menyebut nama Allah Yang Menciptakan’ اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ Dalam kajian Sayyid Quthb rahimahullah, bahwa surat ini yaitu surat pertama dari Al Qur’an, maka ia dimulai dengan Bismillah, dengan nama Allah. Dan Rasulullah Saw pertama kali melangkah dalam bekerjasama dengan Allah dan pertama kali menapaki jalan da’wah dengan Bismillah “Iqra’ bismi rabbik”. Tafsir Fi Zhilal Al Qur’an Dengan demikian dalam makna yang lebih luas, ayat pertama merupakan perintah untuk mencari ilmu, ilmu yang bersifat umum baik ilmu yang menyangkut ayat-ayat qauliyah ayat Al Qur’an dan ayat-ayat kauniyah yang terjadi di alam. Ayat qauliyah ialah gejala kebesaran Allah SWT yang berupa firmanNya, yaitu Al-Quran. Dan ayat-ayat kauniyah ialah gejala kebesaran Allah Swt yang berupa keadaan alam semesta. Dan di bumi terdapat gejala kebesaran Allah bagi orang-orang yang yakin dan jugapada dirimu sendiri. Maka apakah kau tidak memperhatikan? QS. Az-Zariyat 20-21 Ayat kedua, Allah Swt menyatakan bahwa insan dicipta dari segumpal darah. Allah Swt sendiri juga telah menegaskan bahwa insan dicipta sebagai sebaik-baik ciptaan dan tidak ada makhluk yang dianugerahi wujud dan kemudahan hidup yang menyamai manusia. Allah Swt menganugerahi insan berupa logika pikiran, perasaan, dan petunjuk agama. Semua itu mengakibatkan insan sebagai makhluk yang paling mulia. Yang demikian itu, diperlukan insan bersyukur kepada Allah Swt dengan menaati semua perintah dan menjauhi semua laranganNya. Dalam kaitannya dengan kewajiban menuntut ilmu, ayat kedua juga memberi petunjuk kepada insan untuk mengenal dirinya secara jelas, yaitu mengetahui asal kejadiannya. Hal tersebut terungkap dalam QS. Al-Mukminun 12-14. وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ مِنْ سُلَالَةٍ مِنْ طِينٍ. ثُمَّ جَعَلْنَاهُ نُطْفَةً فِي قَرَارٍ مَكِينٍ . ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَامًا فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْمًا ثُمَّ أَنْشَأْنَاهُ خَلْقًا آخَرَ ۚ فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ “Dan sebenarnya Kami telah membuat insan dari suatu saripati berasal dari Kami jadikan saripati itu air mani yang disimpan dalam daerah yang kokoh rahim.Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, kemudian segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, kemudian tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang berbentuk lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.” QS. Al-Mukminun 12-14 Ayat keempat, Allah Swt mengajar insan dengan pena. Maksudnya dengan pena insan sanggup mencatat banyak sekali cabang ilmu pengetahuan, dengan pena insan sanggup menyatakan ide, pendapat dan impian hatinya dan dari pena insan juga mendapatkan banyak sekali ilmu pengetahuan baru. Pada ayat kelima, Allah Swt mengajar insan apa yang tidak/belum diketahuinya. Manusia lahir ke dunia dalam keadaan tidak mengetahui apa-apa. Secara perlahan, Allah Swt memperlihatkan insan kemampuan melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya, sehingga dengan kemampuannya itu insan bisa mencapai cabang ilmu baik ilmu agama maupun ilmu yang lain bahkan ilmu yang mungkin pribadi diberikan oleh Allah Swt kepada beberapa orang yang dikehendaki tanpa melalui berguru ilmu laduni. Demikian, Allah Swt telah menunjukan bahwa insan manusia dicipta dari benda yang tidak berharga kemudian memuliakannya dengan mengajar membaca, menulis, dan memberinya pengetahuan. Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan perihal kandungan ayat Al Qur’an Surat Al-Alaq ayat 1-5 Tentang Pentingnya Ilmu. Kunjungilah semoga bermanfaat. Aamiin.
Surat Al Alaq 1 5 Berkaitan Dengan Sifat Surat al-’Alaq ayat 1-5 adalah surat Al-Qur’an yang pertama kali turun. Selain nama al-’Alaq, surat ini juga diberi bernama surat Iqra’. Bahkan pada zaman sahabat, surat ini terkenal dengan nama surat Iqra’ Bismi Rabbika. Begitu kurang lebih penjelasan M. Quraish Shihab. Memang surat ini populer sebagai surat yang mengajak kaum muslimin untuk mengetahui/belajar tentang banyak hal membaca. Namun, bagaimana jika dilihat dari keseluruhan lima ayat tersebut? Inilah yang akan penulis bahas “tipis-tipis” pada artikel kali ini. Adapun beberapa pokok penting yang dikandung kelima ayat tersebut adalah sebagai berikut Membaca Perintah membaca tertuang dalam ayat ane-3, yaitu, “Bacalah dengan nama Tuhan Pemeliharamu yang mencipta. Dia adalah Tuhan yang telah menciptakan manusia dari alaq sesuatu yang berdempet di dinding rahim.Bacalah dan Tuhan Pemeliharamu Maha Pemurah.” Pada ayat pertama, Allah menyebutkan perintah dengan sangat jelas, “Bacalah!.” Membaca adalah hal yang terpenting yang harus dilakukan seseorang. Para ulama banyak berkata, ketiadaan obyek pada perintah ini menunjukkan bahwa obyeknya bisa apa saja. Ada pengulangan kata “Iqra’” pada ayat-ayat di atas. Menurut al-Maraghi, pengulangan ini menegaskan bahwa secara umum kegiatan membaca baru akan membuahkan hasil jika dilakukan secara demikian, dapat disimpulkan bahwa membaca adalah kegiatan yang harus dilakukan berulang-ulang. Bukan saja karena memang banyak yang belum dan perlu kita ketahui, namun juga karena biasanya kita akan bisa memahami dengan apa yang dibaca setelah berulang-ulang kali membaca. Sehingga, tak pantas kita berputus asa jika kegiatan membaca/belajar yang kita kerjakan belum membuahkan hasil. Bersandar kepada Tuhan Kegiatan membaca harus selalu dilandasi dengan penuh kesadaran bahwa apa yang dilakukan itu senantiasa berkaitan dengan kehendak dan kekuasaan Tuhan. Hal ini tersirat dari potongan ayat بِاسْمِ رَبِّكَdengan nama Tuhanmu. Begitu kurang lebih menurut Wahbah al-Zuhaili. Pada ayat di atas, Allah menggunakan رَبِّكَ Tuhanmu, bukan nama Allah secara langsung. Hal ini menurut Fakhruddin al-Razi mempunyai makna perintah untuk beribadah. Lebih lanjut, menurutnya, sifat al-zat sifat suatu zat tidak mewajibkan sesuatu, yang mewajibkan terjadi/adanya suatu hal adalah sifat al-fi’il sifat suatu kata kerja. Dengan semangat ibadah dan melibatkan Allah dalam kegiatan membaca, agaknya seseorang tidak akan mungkin menjadi sombong nantinya, berkat membaca, ia benar-benar paham dan pintar. Menulis Perintah menulis bisa tersirat dari ayat keempat, “Yang mengajar dengan pena”. Dalam Tafsir Marah Labid, dijelaskan suatu riwayat tentang pertanyaan dari Abdullah bin Umar kepada kepada Nabi Saw., “Wahai Rasulullah, apakah aku harus menulis hadis yang aku dengar darimu?”. Beliau menjawab,“Iya, karena sesungguhnya Allah mengajarkan dengan pena”. Dialog di atas bisa menjadi pengeleng-eleng peringatan kepada kita bahwa informasi penting yang kita dapatkan haruslah ditulis. Tujuannya jelas, agar tidak hilang. Wahbah al-Zuhaili mengatakan, “Jika tak ada kegiatan tulis-menulis, maka ilmu akan hilang, atsar dampak-dampak agama tak akan berbekas, kehidupan tak akan berjalan baik, aturan tak akan menetap selalu berubah-ubah. Menulis adalah pengikat ilmu dan pengetahuan.” Selain anjuran mengetahui banyak informasi lewat membaca, seorang muslim melalui ayat ini nampaknya juga diajak/diperintahkan untuk menulis apa yang telah ia pelajari. Bukan saja sebagai bentuk dokumentasi atas apa yang ia ketahui, namun lebih kepada agar pengetahuannya juga bisa dinikmati oleh orang lain. Mengajar Perintah membaca ini terambil dari penafsiran mengapa perintah “iqra’” dalam surat ini diulang. Ini sebagaimana yang dijelaskan Fakhruddin al-Razi dalam tafsirnya, yang salah satu maknanya adalah iqra’ pertama untuk diri sendiri dan iqra’ kedua untuk disampaikan. Agaknya ini juga bisa diambil dari apa yang dilakukan Allah Swt. dengan mengajar manusia, sebagaimana tertulis pada ayat keempat dan kelima, “Yang mengajar manusia dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya”. Walhasil, dari penjelasan ini kita semakin paham betapa Islam menghendaki umatnya untuk menjadi manusia pembelajar, yang tidak saja membaca, namun juga mengajarkan apa yang telah ia ketahui kepada siapa saja yang membutuhkan. Wallahu a’lam. 1000. Nurul Huda Mahasiswa Pascasarjana IAT di IIQ Djakarta + posts Alumnus Pesantren Darussalam Blokagung Banyuwangi dan Pesantren Sunan Pandanaran Yogyakarta. Surat Al Alaq 1 5 Berkaitan Dengan Sifat Source
Ilustrasi Al Quran Foto pexelsSurat Al Alaq merupakan surat ke-96 dalam Alquran. Surat Al Alaq ini turun di kota Mekah sehingga masuk dalam golongan surat Al Alaq terdiri dari 19 ayat. Nama surat Al Alaq artinya segumpal darah yang diambil dari kata Alaq. Surat ini menerangkan bahwa manusia tercipta dari segumpal darah. Oleh karena itu, melalui surat ini Allah SWT memerintahkan umat Islam untuk mencari tahu siapa Tuhan yang menciptakannya dan memuliakannya dengan segala kemampuan. Sayangnya, banyak manusia yang tidak ingat darimana dia berasal dan kurang beryukur atas sejarah yang terkenal mengenai ayat 1-5 surat Al Alaq adalah ayat-ayat yang pertama kali diturunkan. Lima ayat pertama surat Al Alaq ini diturunkan ketika Nabi Muhammad SAW bertafakur di Gua Hira. Berikut lafal surat Al Alaq ayat 1-5 Arab dan latin lengkap dengan artinyaاِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَۚ - ١Iqra` bismi rabbikallażī khalaqBacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan,خَلَقَ الْاِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍۚ - ٢Khalaqal-insāna min 'alaqDia telah menciptakan manusia dari segumpal وَرَبُّكَ الْاَكْرَمُۙ - ٣Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia,الَّذِيْ عَلَّمَ بِالْقَلَمِۙ - ٤Yang mengajar manusia dengan الْاِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْۗ - ٥'Allamal-insāna mā lam ya'lamDia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.
403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID aQKQFkkiIMNn1rJOYKBeDu2Upw4ieZYaxyHgWKsiA-qIpy4ZZazmBQ==
Bismillahirrahmanirrahim….. Surat al-Alaq merupakan surat yang pertama kali turun kepada Nabi Muhammad Salallahu alaihi wasallam dan jawaban dari apa yang ditanyakan oleh sebagian besar manusia tentang hakikat dirinya, dari mana dia berasal, apa tugas yang di emban di kehidupan ini atau pertanyaan kenapa saya diciptakan, dan pengetahuan tentang keberadaan manusia dan hubungannya dengan semesta serta hubungan antara seluruh makhluk di dunia ini dengan Sang Pencipta yang Maha Agung. Surat al-Alaq merupakan problem solver pemecah masalah dari apa yang menjadi pertanyaan dasar manusia tentang kebenaran ilmu pengetahuan. Surat al-Alaq juga memberikan pengetahuan tentang asal-usul pengetahuan yang selama ini dicari oleh manusia tentang hakikat dirinya dan alam semesta, serta memberikan informasi agar bagaimana seorang manusia tidak salah langkah dalam mencari kebenaran suatu pengetahuan. Tadabbur Ayat Ayat one Firman Allah ٱقْرَأْ بِٱسْمِ رَبِّكَ ٱلَّذِى خَلَقَ Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu Yang menciptakan . Qs. Al-Alaq i Makna firman Allah subhanahu wa ta’ala “Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu.” Menurut Al-Qurthubi yakni, bacalah ayat-ayat Al-Qur’an yang diturunkan kepadamu dan awali bacaan itu dengan menyebut nama Tuhanmu, yakni dengan menyebut bismillah pada permulaan setiap surat. Oleh karena itu, huruf ba’ pada kata بِٱسْمِ dianggap menempati tempat nashob karena berposisi sebagai keterangan. Huruf ba’ secara umum memiliki fungsi باء الإلصاق, ilsoq merupakan huruf ba’ yang bermakna “penyertaan atau melekatkan” dan ini merupakan fungsi utama dari huruf ba’ yang sering kita jumpai sebagaimana dalam ayat ini. Membaca adalah aktivitas yang terpenting, dan adanya ba’ ilsoq ini menunjukkan bahwa aktivitas membaca kita harus menempel kepada Allah, senantiasa menggantung atau meminta pertolongan kepada Allah. Aktivitas membaca ini harus kita tempelkan kepada Allah agar tidak hanya menjadi sekedar pengetahuan. Agar membaca kita menjadi ilmu, karena ilmu itu mengantarkan kita kepada Allah, melahirkan rasa takut kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Namun ada yang berpendapat bahwa huruf ba’ tersebut bermakna ala atas, yakni atas nama Tuhanmu. Dengan prediksi seperti itu maka maf’ul objek kalimat tersebut tidak disebutkan, seharusnya adalah iqra’ Al-Qur’an bismi rabbika bacalah Al-Qur’an, dan awalilah bacaan itu dengan menyebut nama Tuhanmu. Jika kita memperhatikan bagaimana Allah menyajikan lima ayat pertama dalam surat al-Alaq, maka kita akan mendapati ketiadaannya objek untuk dibaca dalam ayat tersebut. Peniadaan objek bacaan menandakan bahwa Allah tidak memberikan arti secara spesifik dalam membaca, tidak membaca ayat al-Qur’an maupun membaca apa yang terjadi dalam kondisi sosial masyarakat saat itu. Sehingga perintah membaca untuk mendapatkan kebenaran dari pengetahuan benar-benar luas dan menyeluruh. Setidaknya Allah mengulangi dua kali perintah “ ا ق رأ ” dengan meniadakan objek bacaannya. Potongan ayat pertama terdapat perintah membaca, didampingi dengan penyebutan nama Allah subhanahu wa ta’ala dan selanjutnya disebutkan bahwa Dia-lah sang Pencipta. Menunjukkan bahwa dalam membaca ataupun mencari kebenaran tentang pengetahuan langkah pertama adalah mengamati ciptaan Allah subhanahu wa ta’ala. Kemudian mempelajari tentang ilmu yang Allah sampaikan melalui perkatannya di dalam kitab-Nya. Kata iqra’ yang pertama yang pertama adalah qiroatu at ta’rif yaitu membaca untuk mengenal Allah subhanahu wa ta’ala melalui tiga kitabnya, yaitu 1 objek bacaan yang berasal dari buku/kitab suci yang disebut sebagai kitabullahi almasthur, ii objek bacaan yang berasal dari makhluk Allah dan ciptaannya yang disebut sebagai kitabullahi al-mandzuur dan 3 objek bacaan yang berasal dari peradaban yang dibangun oleh manusia disebut sebagai kitabullahi al-mansyur. Dalam membaca ketiga objek tersebut harus benar-benar terlepas dari interpretasi individu terhadap ketiga-tiganya agar terlepas dari penilaian yang subjektif, sehingga berakibat terhadap kesalah pahaman dalam memahami maksud dari sang Pencipta. Faedah dari ayat 1 ini adalah Kita harus memulai pendidikan kita dengan nama Allah subhanahu wa ta’ala. Sebagaimana Rasulullah yang diperintahkan untuk membaca Al-Qur’an pertama dengan meminta pertologan Allah yang menciptakan segala sesuatu. Al-Qur’an berdasarkan urutan turun dan urutan surat ruhnya sama, dimulai dengan menyebut nama Allah. Surat Al-Alaq dimulai dengan iqro’ bismirobbik. Ilmu yang dimulai dengan menyebut nama Allah subhanahu wa ta’ala. Kalau kita ingin menghilangkan kejahiliyaan caranya adalah dengan ilmu. Yaitu ilmu yang dimulai dengan bismirabbik dan bismillahirrahmanirrahim. Maka kita harus mendidik generasi dengan ilmu yang didahului dengan asma Allah. Pendidikan ini tidak akan berhasil tanpa menyebut nama Allah, jangan ada keangkuhan dalam berilmu, karena diatas semua yang berilmu ada Al Alim, Allah yang Maha Mengetahui. Kata iqra’ yang pertama yang pertama adalah qiroatu at ta’rif yaitu membaca untuk mengenal Allah subhanahu wa ta’ala melalui tiga kitabnya. kitabullahi almasthur, kitabullahi al-mandzuur, dan kitabullahi al-mansyur. Kata ٱقْرَأْ lebih didahulukan daripada kata خَلَقَ. Sehingga dari sini kita mengetahui bahwa nikmat ilmu lebih itu utama dari nikmat penciptaan. Ilmu pasti membawa kebaikan, mana kala ilmu itu mengantarkan seorang hamba kepada Allah maka ia pasti akan membawa kebaikan. Ilmu adalah ukuran kebaikan, makanya semua nabi diberi ilmu dan para nabi mewariskan ilmu bukan harta. Ada pun penciptaan anak yang Allah berikan tidak selalu menjadi kebaikan. Ada anak yang menjadi anugerah kebaikan dan ada pula anak yang menjadi fitnah atau ujian bagi orangtuanya. Aktivitas membaca harus kita tempelkan kepada Allah agar tidak hanya menjadi sekedar pengetahuan. Agar membaca kita menjadi ilmu, karena ilmu itu mengantarkan kita kepada Allah, melahirkan rasa takut kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Ayat 2 Firman Allah خَلَقَ ٱلْإِنسَٰنَ مِنْ عَلَقٍ Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Qs. Al-Alaq 2 Firman Allah ini bermakna Allah menciptakan keturunan Nabi Adam dimulai dari gumpalan darah. Kata عَلَقٍ adalah bentuk jamak dari kata alaqah. Dan makna dari kata alaqah adalah darah yang menggumpal, bukan darah yang mengalir, karena darah yang mengalir disebut dengan damm masfuuh. Para ulama berpendapat penyebutan bentuk jamak pada عَلَقٍ maksudnya adalah menerangkan bahwa kata ٱلْإِنسَٰنَ yang disebutkan sebelumnya bermakna jamak kata insan dapat digunakan dalam bentuk tunggal dan juga dapat digunakan dalam bentuk jamak. Yakni, seluruh manusia diciptakan dari gumpalan darah, setelah sebelumnya berbentuk air mani. Alaqah adalah segumpal darah yang lembut. Dinamakan alaqah karena darah tersebut selalu menjaga ta’allaqa kelembutannya pada setiap waktu, jika darah itu tidak lagi lembut atau kering maka tidak akan disebut dengan alaqah. Kata alaqah dalam makna lain memiliki makna menggantung, dan posisi alaqah adalah menggantung di dalam rahim. Dari ayat yang kedua kita mendapatkan inspirasi bagaimana agar kita senantiasa bergantung kepada Allah subhanahu wa ta’ala. di alam rahim, di alam dunia, di alam kubur dan di alam akhirat kita selalu bergantung kepada rahmat Allah subhanahu wa ta’ala. Dan ternyata rahmat Allah adalah sesuatu yang sangat kita butuhkan bahkan untuk masuk surgaNya Allah kita membutuhkan rahmatNya. Adapun penyebutan insan manusia pada ayat ini secara khusus, karena manusia memiliki kehormatan yang lebih dibandingkan makhluk yang lainnya. Penyebutannya itu adalah penghormatan bagi mereka. Lalu ada juga yang berpendapat bahwa maksud penyebutannya adalah untuk menjelaskan kadar nikmat yang diberikan kepada mereka, yakni mereka diciptakan bermula dari gumpalan darah yang hina, lalu setelah itu mareka menjadi seorang manusia yang sempurna, yang memiliki akal dan dapat membedakan segalanya. Faedah Ayat 2 Manusia lebih utama dari pada makhluk ciptaan Allah yang lain. Manusia diciptakan memiliki akal dan dapat membedakan segalanya. Namun akal saja tidak cukup untuk melihat. Kita membutuhkan Al-Qur’an sebagai panduan petunjuk. Karena Al-Qur’an adalah nikmat terbesar bagi manusia dan Al-Qur’an adalah sumber ilmu. Ketergantungan kita yang paling besar adalah ketergantungan kita kepada rahmat Allah, kita sangat membutuhkan rahmat Allah baik di dunia maupun di akhirat kelak. Ayat 3 Firman Allah ٱقْرَأْ وَرَبُّكَ ٱلْأَكْرَمُ Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah Qs. Al Alaq 3 Kata ٱقْرَأْ yang dimulai dengan huruf alif mahmuzah yang berharakat, dimana huruf alif ini secara linguistik klasik memiliki karakter jahr, namun menurut linguis modern huruf ini bukan jahr juga bukan hams karena tampat keluarnya adalah katup pita suara itu sendiri. Karakter lain yang dimiliki huruf ini adalah shiddah, istifal, infitaḥ, dan iṣmat. Dari proses artikulasinya, huruf ini memiliki potensi kuat untuk menunjukkan arti sesuatu yang kuat, dan nyata, kata perintah dalam bahasa arab kebanyakan menggunakan huruf ini sebagai huruf tambahan, wazan yang menunjukkan arti lebih dan kekaguman juga didahului dengan huruf ini. Ada juga makna lembut, lemah, dan rendah, yang dimiliki oleh huruf ini berdasarkan karakter istifal dan infitaḥnya. Dari sini dapat difahami bahwa huruf hamzah dalam kata qara’a menuntut adanya sikap realistis yang kuat. Kata perintah untuk membaca pada wahyu pertama disini diawali dengan huruf alif mahmuzah yang seperti telah dijelaskan di atas memiliki arti kuat dan nyata. Maksudnya, agar perintah ini benar-benar dilaksanakan dan sangat dianjurkan. Alasan lain penggunaan alif mahmuzah untuk memulai kata perintah adalah agar yang diperintah merasakan tekanan ketika orang yang memerintah mengucapkan perintah dimulai dengan huruf yang menyerupai bunyi gertakan. Firman Allah subhanahu wa ta’ala, ٱقْرَأْ “Bacalah.” Ini adalah penegasan dari kata yang sama yang disebutkan pada awal surat ini. kata ini merupakan kalimat yang telah sempurna, oleh karena itu lebih baik jika diwaqafkan, barulah setelah itu dilanjutkan kembali dengan kalimat yang baru, yaitu وَرَبُّكَ ٱلْأَكْرَمُ “Dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah.” Pendapat yang kedua bahwa pengulangan kata iqra’ disini bukan menjadi penegasan, dua pengulangan kata iqra’ memiliki makna yang berbeda, karena tidak ada sinonim dan pengulangan dalam Al-Qur’an. Sehingga makna iqra’ yang pertama dengan iqra’ yang kedua adalah berbeda. Kata iqra’ yang pertama yang pertama adalah qiroatu at ta’rif yaitu membaca untuk mengenal Allah subhanahu wa ta’ala. Iqra’ yg kedua adalah ketika kita sudah mengenal Allah subhahu wa ta’ala kita tidak berhenti sampai disitu, kita berusaha mengenal lebih dalam Allah subhanahu wa ta’ala. Ketika kita mengneal Allah subhanahu wa ta’ala dengan lebih dalam maka kita akan mendapati betapa Allah subhanahu wa ta’ala sangat baik kepada kita, sangat memuliakan kita melebih makhluk-makhluk yang lain. Dan diantara semua pemberian Allah kepada kita yang paling berharga adalah yang berkaitan dengan ilmu yang ketika kita mengetahui hal ini kita akan merasa senantiasa bersyukur. Makanya iqra’ yang kedua adalah qiroatu at takrim, ketika kita mengetahui Allah memuliakan kita maka kita akan senantiasa bersyukur kepadaNnya. Membaca yang dengannya kita menjadi hamba yang senantiasa bersyukur karena mendapati kedermawanan Allah. Makna dari kata ٱلْأَكْرَمُ pada ayat ini adalah al kariim Yang Maha Pemurah, namun berbeda dengan pendapat yang disampaikan oleh Al Kalbi, ia mengatakan bahwa makna dari kata ini adalah al haliim Yang Maha Lembut, yakni lembut terhadap ketidak tahuan hamba-hambaNya, hingga mereka tidak disegerakan hukumannya ketika mereka melakukan kesalahan. Akan tetapi makna yang pertama lah yang lebih diunggulkan, atas dasar segala nikmat yang telah disebutkan pada ayat-ayat sebelumnya, hal itu menunjukkan akan kemurahan-Nya. Lalu ada juga yang berpendapat bahwa makna firman Allah subhanahu wa ta’ala ٱقْرَأْ وَرَبُّكَ , yaitu wahai Muhammad, bacalah dan Tuhanmu akan menolong dan memberi pemahaman kepadamu, walaupun kamu bukanlah seorang yang pandai membaca. Sedangkan ٱلْأَكْرَمُ adalah memahami akan ketidak tahuan hamba-Nya. Faedah Ayat iii Membaca adalah syari’at islam yang sangat ditekankan, membaca bukan hanya sekedar hobby atau kegiatan biasa. Membaca adalah gerbang ilmu, manusia dimuliakan dengan ilmu. Maka bacalah dengan ilmu bukan sekedar membaca biasa. Membaca adalah kebutuhan, nutrisi bagi jiwa dan akal. Salah satu kemurahan Allah adalah dengan memberikan manusia dengan ilmu, memberikan pemahaman kepada manusia dengan ilmu yang dimilik-Nya. Maka kata iqra’ dalam ayat 3 ini mempunyai tujuan agar kita membaca yang dengannya kita menjadi hamba yang senantiasa bersyukur karena mendapati kedermawanan Allah kepada kita. Ayat four Firman Allah ٱلَّذِى عَلَّمَ بِٱلْقَلَمِ Yang mengajar manusia dengan perantaran kalam. Qs. Al Alaq four Kata عَلَّمَ yang bermakna mengajarkan, disini mengandung unsur proses. Ada proses di dalamnya, tidak secara lansung terjadi. Firman Allah subhanahu wa ta’ala ini yakni allah mengajarkan manusia menulis dengan menggunakan alat tulis. Sa’id meriwayatkan, dari Qatadah, ia berpendapat Qalam adalah salah satu nikmat Allah yang paling besar, kalau saja qalam tidak diperkenalkan kepada manusia maka agama tidak dapat berdiri tegak, dan kehidupan pun tidak dapat berjalan sesuai dengan semestinya. Hal ini adalah bukti nyata betapa Allah sangat Pemurah bagi para hamba-Nya, karena Ia telah mengajarkan kepada mereka apa yang tidak mereka ketahui, hingga mereka dapat meninggalkan gelapnya kebodohan dan menuju cahaya ilmu. Pada ayat ini Allah mengingatkan kepada manusia akan fadhilah ilmu menulis, karena di dalam ilmu penulisan terdapat hikmah dan manfaat yang sangat besar, yang tidak dapat dihasilkan kecuali melalui penulisan, begitu pun dengan hukum-hukum yang mengikat manusia agar selalu berjalan di jalur yang benar. Penulisan juga memperlihatkan manfaatnya untuk menjaga kisah kaum-kaum terdahulu atau sejarah mereka, bahkan Kitab-Kitab suci yang diturunkan oleh Allah mungkin tidak dapat bertahan lama jika tidak ada ilmu penulisan. Pada intinya, ilmu menulis sangat berguna sekali, jika ilmu itu tidak ada maka segala hal yang berkaitan dengan agama dan keduniaan tidak akan dapat banyak berguna karena tidak bertahan lama. Adapun penulisan qalam sebagai alat tulis, karena kalam itu yuqlam memotong. Sebuah riwayat dari Abdullah bin Umar menyebutkan, bahwa ia pernah bertanya kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam, “Wahai rasulullah, apakah aku boleh menuliskan setiap hadits yang aku dengar darimu?” beliau menjawab, “Tentu, tulislah, karena Allah telah mengajarkan manusia untuk mempergunakan alat tulis.” Mujahid meriwayatkan, dari Abu Umar, ia berkata Allah menciptakan empat hal lansung dengan Tangan-Nya, kemudian setelah menciptakan empat hal itu Ia menciptakan hewan-hewan dan berkata, “Kun!” maka terciptalah hewan-hewan itu. Adapun empat hal yang diciptakan dengan Tangan-Nya adalah qalam, arsy, surga And, dan Adam alaihissalam. Para ulama berbeda pendapat mengenai siapa yang dimaksud oleh ayat ini yang diajarkan untuk mempergunakan alat tulis. Pendapat pertama menyebutkan bahwa yang dimaksud oleh ayat ini adalah Nabi Adam. Karena memang Nabi Adam lah manusia yang pertama kali dapat menulis. Pendapat ini disampaikan oleh Ka’ab Al Ahbar. Pendapat kedua menyebutkan, bahwa orang yang diajarkan cara menulis dengan alat tulis adalah Nabi Idris, karena beliau adalah orang yang pertama melakukan penulisan. Pendapat ini disampaikan oleh Adh-Dhahhak. Pendapat ketiga menyebutkan, bahwa Allah memasukkan ilmu ke dalam kalbu setiap manusia yang ingin menulis dengan mempergunakan alat tulis, karena manusia tidak mungkin mengetahui ilmu penulisan itu kecuali dengan pengajaran dari Allah. Dengan mengajari mereka ilmu penulisan itu maka lengkaplah nikmat yang diberikan Allah kepada manusia. Kemudian pada ayat ini Allah menjelaskan bahwa ilmu penulisan itu adalah nikmat dari-Nya, sebagai penyempurna segala nikmat yang telah diberikan. Para Ulama dari madzhab Maliki berpendapat bahwa qalam itu terbagi menjadi tiga, qalam yang pertama diciptakan oleh Allah lansung dengan tangan-Nya, qalam ini diperintahkan oleh Allah untuk menulis sendiri apa yang dikehendaki-Nya. Qalam yang kedua adalah qalamnya para malaikat, qalam ini diserahkan oleh Allah kepada para malaikat-Nya untuk mencatat seluruh takdir, kejadian alam semesta, dan amal perbuatan. Sedangkan qalam yang ketiga adalah qalam manusia, Allah juga mengajarkan ilmu qalam kepada manusia agar mereka dapat menuliskan apa yang ingin mereka tuliskan dan meraih apa yang mereka maksudnkan. Menulis memiliki fadhilah yang sangat penting, menulis juga salah satu cara untuk menjelaskan, dan menjelaskan adalah salah satu keahlian yang diberikan kepada manusia. Ulama berpendapat pada saat Nabi shallallahu alaihi wasallam diutus sebagai Rasul, kala itu kaum Arab adalah kaum yang paling terbelakang dalam hal penulisan, dan salah satu orang yang tidak mengetahui ilmu tersebut adalah Nabi shallallahu alaihi wasallam sendiri, ilmu itu seakan dijauhkan darinya, agar lebih terbukti kemukjizatan yang diturunkan kepada beliau dan lebih kuat hujjah yang beliau miliki. Faedah Ayat four Membaca dan menulis adalah kunci ilmu pengetahuan Pena adalah penjaga ilmu. Ikatkah ilmu dengan tulisan. Dari Abdullah bin Amr dan Anas bin Malik radhiyallahu anhuma, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, قيِّدُوا العِلمَ بالكِتابِ “Jagalah ilmu dengan menulis.” Shahih Al-Jami’, Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini sahih. Yang dimaksud qayyidul ilma adalah kuatkan dan hafalkan serta jaga jangan sampai lepas. Ilmu jika terus didengar, hati akan sulit mengingatnya. Ilmu itu diikat lalu dijaga. Jika hati sering lupa, ilmu itu perlahan-lahan akan hilang. Itulah sebabnya kenapa penting untuk mencatat. Allah pun telah mengajarkan kepada hamba-Nya untuk mencatat karena itu bermaslahat untuk mereka. Ayat five Firman Allah عَلَّمَ ٱلْإِنسَٰنَ مَا لَمْ يَعْلَمْ Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Qs. Al Alaq v Firman Allah subhanahu wata’ala عَلَّمَ ٱلْإِنسَٰنَ مَا لَمْ يَعْلَمْ, para ulama menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan kata ٱلْإِنسَٰنَ manusia pada ayat ini adalah Nabi Adam seorang, beliaulah yang diajari segala sesuatu. Dalil penafsiran ini adalah firman Allah pada ayat yang lain surat al baqarah ayat 31, yaitu وَعَلَّمَ ءَادَمَ ٱلْأَسْمَآءَ كُلَّهَا “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama benda-benda seluruhnya.” Tidak ada apapun yang tidak diberitahukan namanya kepada Nabi Adam, dan segala sesuatu itu diberitahukan kepada Nabi Adam dengan segala bahasa. Lalu ilmu itu ditunjukkan kepada para malaikat untuk membandingkan, maka muncullah kelebihan yang dimiliki oleh Nabi Adam alaihissalam di atas para malaikat, jelaslah nilai yang dimilikinya, dan terbuktilah kenabiannya. Pada saat itu tegaklah hujjah Allah dan juga hujjah Nabi Adam atas para malaikat yang sebelumnya tidak menyetujui keputusan Allah menjadikan Nabi Adam sebagai khalifah di muka bumi. Maka para malaikat pun akhirnya menyadari kesalahannya, setelah diperlihatkan keistimewaan yang dimiliki oleh Nabi Adam, setelah melihat lansung Kebesaran Kuasa Allah, dan setelah mendengar betapa agungnya beban yang diemban. Kemudian semua ilmu yang diberikan Nabi Adam itu diwariskan kepada anak cucunya secara turun-temurun, terbawa ke seluruh pelosok bumi, dari satu kaum ke kaum lainnya, hingga datangnya hari kiamat nanti. Makna ini berbeda dengan makna yang disampaikan oleh beberapa ulama, mereka berpendapat bahwa yang dimaksud dengan kata ٱلْإِنسَٰنَ pada ayat ini adalah Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam, dlailnya adlah firman Allah pada surat An Nisa’ ayat 113, yaitu وَعَلَّمَكَ مَا لَمْ تَكُن تَعْلَ “Dan telah mengajarkan kepadamu apa yang belum kamu ketahui.” Dengan penafsiran seperti itu maka kata وَعَلَّمَكَ pada ayat ini adalah bentuk lampau madhi yang bermakna mustaqbal masa depan, karena surat Al Alaq adalah surat yang pertama kali diturunkan. Lalu ada juga yang berpendapat bahwa makna kata insan pada ayat di atas untuk umum, yakni seluruh manusia. Dalilnya adalah firman Allah subahanahu wata’ala dalam surat Al Nahl ayat 78, وَٱللَّهُ أَخْرَجَكُم مِّنۢ بُطُونِ أُمَّهَٰتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْـًٔا “Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun.” Faedah ayat 5 Bahwa Allah subhanahu wata’ala yang Maha Agung, Maha Perkasa, Raja segala raja, telah bermurah hati memberikan rahmatnya kepada manusia. Allah memuliakan manusia dengan pilihan, satu diantaranya yaitu agar menjadi tempat diterimanya cahaya Ilahi, tempat menyimpan hukmahNya, tempat turunnya kalimatNya, dan tempat perumpamaan kuasaNya yang Dia kehendaki. Islam senantiasa menganjurkan untuk menuntut ilmu, memerintahkannya, mengangkat derajat orang yang berilmu, dan mengistimewakan mereka atas yang lainnya dengan ilmu. Sesungguhnya sumber ilmu yang bermanfaaat adalah dari Allah subhanahu wata’ala. Dialah yang telah mengajarkan dengan oerantaraan pena dan mengajarkan kepada manusia apa yang tidak ia ketahui. Dan kapan pun sifat kemanusiaan itu menyimpang dari manhaj ini dan iilmunya terpisah dari ikatan dengan manhaj Allah, ilmunya itu kembali menjadi bencana dan penyebab malapetaka darinya. Hakikat Pemberian Ilmu itu adalah berurutan, sesuai tahapan, perlu waktu, tidak instan. Dan ini berlaku pula untuk pendidikan anak-anak kita. Allahu a’lam.. Ambi Ummu Salman Sumber Tafsir ath-Thabari jilid 26, Pustaka Azzam Tafsir Ibnu Katsir Jilid 10, Pustaka Imam Syafi’i Tafsir al Qurthubi jilid 20, Pustaka Azzam Ali Markasan Al-Ghafani, Lc, Modul tadabburi Mustawa 2 Bahasa Arab dan Aplikasinya dalam Tadabbur Al-Qur’an, LPBA Tadabburi Kajian two jam bersama Ustadz Budi Ashari, Lc dengan tema 10 Pelajaran Pendidikan dalam Surat Al-Fatihah Rusydiah Jurnal Pemikiran Islam Book 1 Nomor one, Juni 2022
surat al alaq 1 5 berkaitan dengan sifat